Perilaku konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan
dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Konsumen
diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan
keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi,
teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi jumlah
penerimaan untuk suatu periode konsumsi.
Perilaku
konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan
membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). perilaku
konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh
dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran
aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan
perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.
Perilaku
konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari
individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang
mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa
yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan
barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang
waktu.
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen
Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu :
1. Berpikir jangka
pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia
hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang,
salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2. Tidak terencana
(dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse
buying, yaitu membeli produk yang kelihatan menarik (tanpa perencanaan sebelumnnya).
3. Suka berkumpul.
Masyarakat Indonesia mempunnyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah
satu indicator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan
Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4. Gagap teknologi (not
adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu
menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya
menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5. Berorientasi pada
konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan
memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang
meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.
6. Suka buatan Luar
Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih
menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang
kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
7. Beragama(religious).
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter
khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih
percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau
pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol
agama.
8. Gengsi (putting
prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi.
Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya
urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita
pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D,ada tiga budaya yang
menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong
orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan
kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik
kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan
sehingga mendorong untuk saling pamer.
9. Budaya lokal (strong
in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar
negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini
bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.
10.Kurang peduli
lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter
konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu
lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap
lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan
begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu
lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium
sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan
terhadap mereka.
- Pendekatan Perilaku Konsumen
Teori tingkah laku konsumen
dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
·
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
·
Pendekatan nilai guna Ordinal
Pendekatan
nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif
: dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat
dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam
memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari
seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai
jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh
karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
- Kepuasan seorang konsumen dalam
mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata
uang.
- Setiap tambahan satu unit barang yang
dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah
tertentu.
Kepuasan
marginal (marginal utility). Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan
jumlah barang yang dikonsumsi. Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun
(The Law of Diminishing Marginal Utility). Besarnya kepuasan marginal akan
selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus
menerus.
Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan
nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference :
manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak
kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya
keterbatasan – keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti
pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
Kelemahan pendekatan ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi
barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran
semacam ini sulit dilakukan.
Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu
sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang
harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen
mencapai tujuannya (maximum utility).
Perbedaan kardinal dan ordinal
Nilai guna (Utility) Kardinal
menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka.
Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan /
angka.
- Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama.
- Konsep Elastisitas
Dalam
ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari
sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain,
elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen
terhadap perubahan harga. Elastisitas juga merupakan salah satu konsep penting
untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas
sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam
menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi
kemakmuran.
- Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand) adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas.
- Elastisitas Silang (Cross Elasticity) menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang.
1. Elastisitas silang
positif
Peningkatan harga barang A menyebabkan
peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi
meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang
dapat saling menggantikan (barang substitutif).
2. Elastisitas silang
negatif
Peningkatan harga barang A
mengakibatkan turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga
bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua
barang tersebut bersifat komplementer (pelengkap).
3. Elastisitas silang
nol
Peningkatan harga barang A tidak akan
mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua
macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak
akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.
- Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah suatu
perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer yang akan
berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan
tersebut diukur dengan apa yang di sebut elistisitas pendapatan
Konsumen dari segi wujudnya dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Personal Consumer
yaitu Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk
penggunaannya sendiri.
2. Organizational
Consumer yaitu Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Pada dasarnya konsumen berperilaku
ingin memanfaatkan uang yang dimilikinya seekonomis mungkin, akan tetapi
kebanyakan konsumen tidak akan berhasil. Faktor penyebabnya antara lain sebagai
berikut.
a.
Pengetahuan konsumen tentang kualitas barang terbatas.
b.
Adanya persaingan dari para konsumen.
c.
Kecenderungan konsumen bersifat masa bodoh terhadap situasi harga di pasar.
d. Adanya tradisi yang kuat, sehingga memengaruhi tingkah laku konsumen.
d. Adanya tradisi yang kuat, sehingga memengaruhi tingkah laku konsumen.
Perilaku konsumen juga sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan, yang mengatakan bahwa bila harga naik maka permintaan turun. Sebaliknya bila harga turun, maka permintaan naik, dengan catatan keadaan yang lain ceteris paribus.
Ada dua pendekatan konsumen berperilaku seperti hukum permintaan, yaitu sebagai berikut.
a.
Pendekatan Marginal Utility
Pendekatan
ini bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (utility) setiap
konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain, sehingga konsumen
selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
b.
Pendekatan Kurva Indiferen (Indifference Curve)
Kurva
indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumen antara dua macam
barang, yang memberikan tingkat kepuasan sama bagi konsumen. Kurva indiferen
memiliki beberapa ciri atau sifat antara lain:
1) Mempunyai kemiringan (slope) negatif, artinya miring dari kiri atas ke kanan bawah
2) Bila kedudukannya lebih tinggi menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi
3) Tidak pernah saling berpotongan dengan kurva indiferen yang lain
4)
Cembung ke titik asal (titik 0)
- Aplikasi
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,
yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi
pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat
perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Ke dua, perilaku konsumen dapat
membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan
transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari
raya tersebut. Aplikasi ke tiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat
menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif. Dan juga dapat memberikan gambaran kepada para pemasar dalam pembuatan
produk,
penyesuaian harga produk, mutu produk, kemasan dan sebagainya agar dalam penjualan produknya tidak
menimbulkan kekecewaan pada pemasar tersebut.
- Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan perilaku konsumen terbagi
dua yaitu:
- Teori Kardinal ( Cardinal Theory)
Teori
Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal, sebagaimana
kita menghitung berat dengan gram atau kilogram, panjang dengan centimeter atau
meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk
mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang
diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh
dari konsumsi disebut utilitas total (TU). Tambahan kegunaan dari penambahan
suatu unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU). Total uang
yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga
per unit.
- Teori Ordinal ( Ordinal Theory )
- Kurva Indiferensi ( Indiference Curve
)
Menurut
Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan,
sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk
menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi
(indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai
kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama
bagi seorang konsumen. Suatu kurva indiferensi atau sekumpulan kurva
indiferensi (yang disebut peta indiferensi atau indifference map), dihadapi
oleh hanya seorang konsumen. Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi :
1) Semakin jauh kurva indiferensi dari
titik origin, semakin tingi tingkat kepuasannya.
2) Kurva indiferensi menurun dari kiri
ke kanan bawah ( downward sloping ), dan cembung ke titik origin ( convex to
origin) atau adanya kelangkaan.
3) Kurva indiferensi tidak saling
berpotongan agar asumsi transitivitas terpenuhi
- Kurva Garis Anggaran ( Budget Line
Curve )
Garis Anggaran (budget line) adalah
kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan
biaya (anggaran) yang sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai
BL, sedangkan harga sebagai P ( Px untuk X dan Py untuk Y ) dan jumlah barang
yang dikonsumsi adalah Q ( Qx untuk X dan Qy untuk Y ), maka: BL = Px.Qx +
Py.Qy
- Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan harga dan
pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besar luas bidang segi tiga
yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin luas, maka
daya beli meningkat, begitu juga sebaliknya.
- Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan pemasar untuk
meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan
strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi,
lingkungan, dan perilaku.
- Afeksi dan kognisi
Tipe respons afektif
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak.
Kognisi
mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari
suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi
dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang
sangat kuat dan saling memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan
tertentu, suasana hati/mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat
tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas
perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh
perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah,
kecepatan pernapasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya
lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami,
mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah
proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat
dalam sebuah lingkungan. Mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan
tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai.
Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk
mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari
sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah
aktivitas kognisi yang terjadi dalam keempat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat
masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen.
Fungsi ke dua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif
seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi
pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan
melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung
konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan
aktivitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak
banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
- Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan
sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses
yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:[
1.
Pengenalan
masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang
muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2.
Pencarian
informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui
pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3.
Mengevaluasi
alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen
mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4.
Keputusan
pembelian (purchase decision). Setelah konsumen
mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan
pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5.
Evaluasi
pasca-pembelian (post-purchase evaluation)
merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada
tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya
dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak
puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan
menurunkan permintaan konsumen pada masa depan.
- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
1) Faktor Sosial
a. Grup
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi
oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang
mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri
dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja)
dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit
(kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang).
b. Pengaruh Keluarga
Keluarga memberikan pengaruh yang besar
dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh
suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda.
Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang
melibatkan restoran fast food.
c. Peran dan Status
Seseorang memiliki beberapa kelompok
seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari
aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan
orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan
penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat.
2. Faktor Personal
a. Situasi Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan
mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas
sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang
amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu
produk tertentu.
b. Gaya Hidup
Pola kehidupan seseorang yang
diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut.
Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama
mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda.
c. Kepribadian dan
Konsep Diri
Personality adalah karakteristik unik dari
psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap
lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka
bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif. Tiap orang
memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung
konsisten dengan konsep diri tersebut.
d. Umur dan Siklus
Hidup
Orang-orang merubah barang dan jasa yang
dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot,
dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh
family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering
diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan
yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan
orang-orang yang membeli produk atau servis.
e. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang
dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang
dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan
siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan
siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat.
3. Faktor Psikologi
a. Motivasi
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan
seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow,
seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia
diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak
mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri,
pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah
terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut
akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang
memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah
gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi
yang berbeda dari rangsangan yang sama.
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses, yang
selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang
diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau
dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun
pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan
dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama.
d. Beliefs and Attitude
Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa
seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli,
opini, dan iman. Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak
suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek
atau ide.
4. Faktor Kebudayaan
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan,
dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting
lainnya. Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture,
mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang
dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan.
a. Subkultur
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai
berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama,
dan daerah. Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu
kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis.
b. Kelas Sosial
Pengelompokkan individu berdasarkan
kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan
oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh
pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya.
- Keputusan Pembelian
Keputusan
pembelian menurut Schiffman, adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif
pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan,
haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat
mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu
dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:
• Fully Planned Purchase, baik
produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan
dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan
keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase
dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau
aktivitas promosi lainnya.
• Partially Planned Purchase,
bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda
sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount
harga, atau display produk.
• Unplanned Purchase, baik produk
dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan
produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah
pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian.
Kesimpulan
Jika
dilihat dari perilaku konsumen yang telah dianalisa diatas, didapat kesimpulan
bahwa konsumen mempunyai sifat yang selalu ingin mengikuti perkembangan jaman
yang membuat kebanyakan dari konsumen lebih peduli akan trend atau gaya hidup
dari pada kebutuhan. Intinya kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu
barang di pengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
Perilaku konsumen adalah proses dan
aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian,
penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan
keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal
yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang
berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen sendiri dapat di
definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku,
dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata
lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia
dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi
Saran
Jangan
mudah terpengaruh keinginan sesaat, telitilah sebeum membeli, apakah barang
yang akan kita beli itu termasuk kebutuhan atau keinginan dan apakan bermanfaat
untuk kita. Selain itu kurangi pembelian barang yang kurang perlu untuk
mengurangi pengeluaran dan mencegah kita menjadi konsumen yang konsumtif.
Saran dan Referensi :
http://ifyourspeechdoesnotenoughanymore.wordpress.com/2012/03/09/makalah-analisis-perilaku-konsumen/
http://plengdut.blogspot.com/2013/01/teori-perilaku-konsumen.html
0 komentar