Minggu, 18 Maret 2012

Softskill-Manusia dan Penderitaan


Manusia dan Penderitaan

                                                                   

Penderitaan atau kesenangan ? Pasti semua manusia lebih memilih kesenangan dari pada penderitaan, karena penderitaan berarti kita menahan atau menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Bayangkan saja kalau semua manusia mengalami penderitaan, akibatnya dunia ini tidak ada lagi unsur keindahan. Biasanya manusia yang mengalami penderitaan, tidak hanya jiwanya saja yang rusak namun bisa lahir batin. Namun, orang yang mengalami penderitaan biasanya berbeda-beda. Ada yang penderitaan nya berat dan ada juga yang ringan. Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak berpaling dariNya. Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya manusia kurang memperhatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan. Hal itu misalnya dalam surat Al.lnsyigoq:6 (q) dinyatakan “manusia ialah mahluk yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam), menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa untuk taqwa terhadap Tuhan. Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.

Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup. Allah telah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.

Kita tidak boleh terus terusan menganggap penderitaan itu tidak akan pernah berakhir dalam hidup kita, kita harus tetap meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka.


Penderitaan yang biasanya dialami oleh manusia, bisa penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia, atau penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/ azab Tuhan. Ada juga yang karena suatu bencana, misalnya gempa bumi dan bencana alam lainnya yang mengakibatkan manusia mengalami suatu kesulitan masalah baik secara ekonomi dan sebagainya sehingga manusia itu sendiri mengalami gunangan jiwa, terlalu banyak memikirkan masalah yang ia hadapi sehingga akibatnya lambat laun manusia itu sendiri akan mengalami penderitaan baik lahir dan batin.


Penderitaan itu sendiri sebenarnya tidak terlalu bermasalah, karena pada hakikatnya manusia ditakdirkan oleh Yang Maha Esa untuk mendapatkan penderitaan dan kesenangan. Disetiap ada penderitaan, disitu jugalah biasanya akan ada kesenangan, akan ada hikmah dari semua masalah dan penderitaan yang kita dapatkan. Allah juga menguji hambanya dengan cara diberikan penderitaan terus menerus, tapi percayalah dibalik masalah dan penderitaan yang kita terima, justru juga akan meningkatkan kualitas takwa kita terhadap Allah. Jika manusia terus menerus diberi kesenangan, maka manusia biasanya akan lupa bertakwa kepada yang menciptakannya, dan lupa untuk bersyukur atas apa yang ia dapatkan selama hidupnya.

Sabtu, 17 Maret 2012

Softskill-Manusia dan Keindahan



“ Manusia dan keindahan “





Keindahan yang telah kita miliki di bumi dan negara tercinta kita ini sungguh luar biasa dan tiada taranya, sungguh manusia terkutuk  jika kita tidak merawat dan menjaga keindahan yang telah diberikan oleh Sang Pencipta kepada umatnya. Keindahan juga bisa kita artikan  sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan juga dapat memberikan kita rasa keingin tahuan tentang hal tersebut semakin terus bertambah. Contohnya jika kita bermusik, kita akan semakin mencari ‘feel’ apa yang cocok untuk hati kita,  (seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia), sementara proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman.

Berbicara keindahan, apakah Anda menyadari keindahan-keindahan yang dipaparkan Al-Qur`an? Apakah Anda mempelajari fakta-fakta yang tertera dalam Al-Qur`an yang Allah turunkan kepada Anda sebagai pedoman hidup? Yang saya pelajari, Al-Qur`an menjelaskan kepada kita tentang latar belakang kehadiran umat manusia di muka bumi dan bagaimana seharusnya mereka hidup, sehingga kehidupan itu sesuai dengan maksud penciptaan tersebut. Al-Qur`an menjelaskan kewajiban kita kepada Allah dan bagaimana kita akan diberi pahala sesuai dengan amal perbuatan kita. Al-Qur`an-Kitab yang Allah turunkan kepada hamba-hamba-Nya yang mengabdi dengan kasih sayang-menyeru kita pada KEINDAHAN, kebenaran, kesucian, dan kebahagiaan abadi. Kualitas kesempurnaan Al-Qur`an ini terdapat dalam banyak ayat, "Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf [12]: 111) "Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." (al-Baqarah [2]: 2).

Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan atau lokal. 

Softskill-Manusia dan Cinta kasih


MANUSIA DAN CINTA KASIH






Cinta kasih dapat kita artikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan. Namun biasanya orang-orang mengartikan cinta sebagai rasa yang mendalam kepada seseorang, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai. Tapi, tidak sedikit orang yang salah mengartikan cinta itu sendiri, terkadang kata cinta di salah artikan dengan kata nafsu, padahal sesungguhnya cinta sama sekali bukan nafsu. Cinta bersifat manusiawi, semua manusia pasti memiliki rasa cinta, cinta pada keluarga, teman, bahkan pasangan hidupnya sendiri. Cinta menunjukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung menuntut. Contohnya, kita bisa lihat cinta seorang ibu kepada anaknya, sang ibu tidak mungkin menuntut anaknya untuk membalas cinta kasih yang ia berikan kepada anaknya, justru ia akan memberikan apa pun yang terbaik demi anaknya. Namun berbeda dengan anak muda zaman sekarang, begitu banyak simpang siur pemahaman tentang cinta. Kita bisa lihat cara bergaul dan cara berpacaran mereka, tak ada rasa malu di jiwa mereka ketika mereka berpacaran di tempat umum, tak jarang mereka sudah sangat terbiasa melakukan hal yang melebihi batas cara berpacaran yang sewajarnya. Terkadang orang tua mereka pun tak kurang kurang menasehati anaknya untuk tidak salah pergaulan, itulah rasa cinta kasih yang orang tua lakukan untuk anaknya, tapi tak sedikit pun kita sebagai anaknya mau menerima nasehat dari orang tua kita, bahkan kita semua  sebagai remaja seringkali menganggap nasehat orang tua kita tak ada artinya, hanya mengekang pergaulan kita saja. 

Kasih sayang adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Apabila suatu hubungan cinta diakhiri dengan sebuah pernikahan maka hal ini akan menimbulkan perasaan yang lebih dewasa lagi dan juga menuntut agar suatu hubungan tersebut lebih bertanggung jawab, perasaan inilah yang disebut dengan kasih sayang, mengasihi, atau saling menumpahkan kasih sayang. Mungkin bisa dikatakan bahwa cinta adalah hal yang sangat berarti bagi diri kita sepanjang hidup kita, kasih dimana sesuatu yang memiliki hal yang sangat berarti untuk saling mengasihi antara sesama manusia.

Cinta itu sendiri yaitu saling mencintai, saling menyayangi dan saling pengertian,  dimana semua ini berhubungan dengan perasaan yang ada dalam hati yang timbul dari ketertarikan pada suatu lawan jenis yang menjadi ingin rasa memiliki dan menjadi sepasang yang tak ingin lepas dari sesuatu tersebut. Kasih yang menjadi pelengkap dari kata cinta yang satu sama lain saling mengasihi dan menjaga hati dengan baik. Tetapi cinta jangan dilaksanakan dengan NAFSU dan GENGSI .  kenapa dengan  NAFSU dan GENGSI karena kita memilih orang tersebut bukan karena iri yang hanya mengikuti hawa nafsu saja dan malu terhadap lingkungan sekitar. Pasti anda pernah mendengar pepatah “ kalau jodoh ga kan kemana”, nah dalam hal ini bisa dikatakan kita memilih dengan sabar jangan terburu buru ,kita telaah mana yang cocok dengan diri kita. Bila kita laksanakan dengan baik, kita akan merasa nyaman dan senang. Zaman sekarang bisa dikatakan semakin ke zaman akan semakin cepat orang merasakan cinta kasih, lalu satu lagi, pacar akan menuruti kata pacarnya dibandingkan dengan orang tuanya, nah kita harus tahu betul, apakan cinta kasih kita direstui atau tidak, karena apabila tidak maka akan menjadi hubungan tidak baik.

Cinta dalam agama islam, bisa diartikan sebenarnya tidak boleh dikarenakan belum muhrim, karena dalam agama islam belum boleh mencintai dan memiliki lawan jenis sebelum menikah, apabila sudah menikah, baru boleh mencintai dan memiliki. Sebenarnya cinta dalam agama islam adalah cinta kita terhadap sang pencipta, kita cinta terhadap semua yang telah diciptakan demi meneruskan hidup di dunia yang harus kita syukuri atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita di dunia, jangan lah kau mendustai apa yang telah diberikan oleh Allah Swt, kita harus cinta melaksanakan segala apa yang telah diperintahkan dan menjauhi segala larangannnya.

Kamis, 08 Maret 2012

Softskill-Konsepsi ilmu budaya dasar dalam kesusastraan


“Konsepsi ilmu budaya dasar dalam kesusastraan”




Ilmu budaya dasar itu sendiri merupakan pengetahuan tentang perilaku dasar-dasar dari manusia, yang mempelajari konsep – konsep dasar mengenai permasalahan manusia dan kebudayaan. Sedangkan kesusastraan itu sendiri yaitu sebuah hasil dari kreativitas manusia yang diekspresikan melalui sebuah tulisan, gerakan, gambar ataupun bahasa yang memiliki suatu nilai keindahan. Dari pengertian tersebut, kita mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang konsepsi ilmu budaya dasar dalam kesusastraan. Ilmu Budaya Dasar yang akan kita bahas pada kali ini berkaitan dengan budaya yang ada dalam keseharian dan budaya bangsa. Hal ini tentunya sangat baik jika kita pelajar, karna kita akan mendapatkan ciri dari manusia yang baik dalam bermasyarakat. Dari semua itu intinya adalah mempelajari masalah manusia dan kebudayaan. Contohnya saja dalam bidang kesenian, seni adalah suatu ekspresi dari jiwa manusia. Segala kebebasan hasil karya dari manusia bebas dituangkan dalam ekspresi seni. Seni lebih berbicara banyak dalam kebudayaan, bahkan budaya dapat menggambarkan ciri dari suatu bangsa yang bermartabat. Maka dapat kita simpulkan bahwa hubungan antara konsep ilmu budaya dasar dan kesusastraan adalah suatu hal yang tidak dipisahkan satu sama lain. Karena sebenarnya sastra (seni) termasuk unsur dari kebudayaan. Contoh lainnya yaitu bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.  Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun bahasa sastra sebenarnya abstrak. Contohnya saja seni tari yang menggunakan bahasa tubuh yang masih perlu dijabarkan.

“Karya sastra Indonesia sulit menembus pasar luar negeri terutama Amerika Serikat dan Eropa.” Ini sepertinya, pertanda bahwa sastrawan Indonesia harus berbenah. Sastrawan Indonesia ke depan harus meningkatkan mutu. Sehingga kualitas karya betul-betul mumpuni dan dilirik pasar internasional yang memang super ketat. Novel-novel penulis Indonesia selayaknya sudah ada di rak-rak took buku di Amerika. Bukankah persoalan kemajemukan dan keberagaman masyarakat Indonesia menjadi santapan yang sangat menarik bagi pembaca-pembaca asing. Berbenah untuk terus meningkatkan kualitas produk serta tidak berpuas diri dengan pencapaian-pencapaian yang didapat. Apalagi kalau terlalu sibuk dengan menarsiskan diri. Berbenah untuk tidak malas menambah referensi-referensi bacaan terutama bacaan dari luar. Berbenah untuk bangkit dan menjajal pasar-pasar luar negeri. Ketidakmampuan karya-karya sastrawan Indonesia bersaing di pasar luar negeri tidak hanya persoalan mutu produk, namun juga belum adanya dukungan kemampuan penerjemah yang bagus. Tetapi, logikanya jika sebuah karya sudah dinilai bagus bahkan sangat bagus, bukankah penerjemah-penerjemah bermutu akan berburu untuk menerjemahkannya? Itu adalah persoalan sastra Indonesia secara umum? Tentu kita tidak boleh berpuas diri hanya sampai di situ. Pertanyaannya, adakah jaminan mereka akan terus berkarya? Terus eksis dalam menulis sastra? Hal tersebutlah yang seharusnya perlu dicemaskan. Eksistensi dan peningkatan diri. Tidak hanya berpuas dengan pencapaian, terlalu tinggi memandang diri sendiri, sehingga jatuh ke lembah kesombongan. 

Saya menawarkan dua buah konsep. Pertama, adanya sebuah lembaga kursus sastra yang bersifat bisnis. Kalau lembaga pendidikan seperti Primagama, GAMA, atau yang lainnya mengajarkan tentang berbagai ilmu dan mata pelajaran, bagaimana kalau didirikan sebuah lembaga kursus yang khusus mengajarkan tentang sastra. Sebuah lembaga yang mengajarkan cara menulis puisi, menulis cerpen, atau menulis novel. Jika lembaga kursus seperti Matematika, Fisika, Biologi, bahasa Inggris bisa sangat laku mengapa lembaga kursus tentang sastra tidak diminati. Padahal kalau dikaji, dengan menulis puisi atau cerpen di koran tentu akan bisa mendatangkan keuntungan secara finansial. Untuk ukuran koran Kompas misalnya, satu cerpen dihargai satu juta rupiah. Bukankah bisnis seperti ini juga sangat menguntungkan? Sementara lembaga kursus Matematika, Fisika, bahasa Inggris dan lainnya itu lebih mengedepankan keilmuannya. Inilah yang menjadi dilema yang patut dipikirkan. Konsep kedua, jika lembaga kursus sastra yang bersifat profit atau mengejar keuntungan masih dianggap belum akan sanggup menandingi lembaga lainnya, didirikanlah sebuah lembaga non profit yang lebih mengedepankan gerakan sosial. Artinya, siswa tidak perlu membayar tetapi tetap diajar. Akan tetapi, walaupun bersifat gratis, keseriusan harus diutamakan.  Saya membayangkan sebuah sekolah informal yang mendidik siswanya menulis dari tingkatan dasar sampai tingatan akhir. Katakanlah untuk tingkatan dasar cukup belajar merangkai ide, memulai menulis cerita yang singkat-singkat, menulis pengalaman pribadi seperti layaknya diari, kemudian menulis cerpen atau puisi, tingkatan paling akhir adalah menulis novel atau naskah skenario (drama dan film). Mungkinkah itu dilakukan? Jawabnya tentu mungkin saja akan tetapi jelas membutuhkan keseriusan dan persiapan yang matang. Siapa siswanya, di mana tempatnya, bagaimana metodenya, siapa pengajarnya, dan yang paling penting dari mana dananya. Tanpa adanya keseriusan semua itu tidak akan bisa  terwujud. Tanpa dana tidak akan bisa berbuat apa-apa. Soal pendanaan tentu bisa dipikirkan lebih jauh lagi. Mendirikan sekolah sastra penting dilakukan mengingat kebanyakan sastrawan-sastrawan muda yang muncul dari Sumatra Barat menulis dengan cara otodidak, belajar sendiri, membaca buku sendiri dan menulis sendiri. Beberapa dari mereka ada juga yang aktif membentuk forum diskusi dengan beberapa orang. Sistem seperti ini mempunyai kelemahan, penulis yang sudah terlanjur bermunculan akan hilang satu per satu. Hanya yang berkeinginan kuat yang bertahan. Padahal persoalannya adalah dalam hal pembinaan. Mereka harus dibina secara serius. Itu persoalan konsep sekolah dan siswa. Lalu bagaimana dengan instruktur atau pengajar.  Untuk persoalan instruktur, di sinilah dibutuhkan peranan sastrawan tua. Sastrawan tua harus punya tanggung jawab moral untuk membina sastrawan-sastrawan muda. Membina secara sistematis dan disiplin yang tinggi. Kalau melirik pendidikan sastra di sekolah sekarang ini memang sangat memprihatinkan. Pelajaran sastra hanya diselipkan ke dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran sastra sangat  jauh kalah bersaing dengan mata pelajaran eksakta seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi atau yang lainnya. Sehingga, bagi sebagian kepala sekolah, jika ada undangan tentang pelatihan sastra atau perlombaan sastra sering diabaikan. Akan tetapi jika ada lomba sains misalnya, peminatnya akan sangat tinggi dan pihak sekolah akan memberi perhatian yang besar. Sementara itu, pelatihan-pelatihan penulisan cerpen, puisi, yang hanya dalam porsi waktu sehari atau dua hari belum begitu ampuh untuk menciptakan sastrawan handal. Pelatihan-pelatihan tersebut baru hanya sekadar stimulus untuk membangkitkan keinginan menulis. Dibutuhkan pelatihan serius berbulan-bulan jika ingin mendapatkan hasil yang baik. Katakanlah dari 20 orang siswa, kemudian muncul 5 orang yang betul-betul bernas. Kemudian ke persoalan pendanaan?  Jika konsep sudah jelas, sponsor-sponsor perlu dicarikan, misalnya dari Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan, perusahaan-perusahaan besar, atau dari lembaga mana saja yang memang berkepentingan dengan peningkatan sastra. Kalau lembaga-lembaga kursus komputer, kursus bahasa Inggris, kursus Matematika bisa sangat diminati, mengapa lembaga kursus sastra tidak? Bukankah sastra itu juga penting dan bisa menghasilkan uang? Karya sastra adalah sarana pembelajaran tentang kehidupan yang beragam. “Karya sastra bisa memperkaya cara pandang seseorang tentang keberagaman bagi pembacanya.”

Penulis adalah pemerhati sastra


Rabu, 07 Maret 2012

Softskill-Manusia dan Kebudayaan


"  MANUSIA dan KEBUDAYAAN "  

 
                                
Seperti kebanyakan pemahaman semua orang, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi), makhluk yang berbudaya, serta makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Jika dibandingkan dengan makhluk lainnya, manusia sangatlah beruntung, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia. Coba kita bayangkan saja, seandainya kita sebagai manusia tidak dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan kehendak, apa yang akan terjadi ? Kita tidak bisa membedakan mana hal yang baik untuk kita, mana hal yang buruk yang harus kita hindari, serta kita tidak bisa memiliki perasaan, bisa perasaan sayang terhadap keluarga, keluarga, teman, dan sebagainya.  

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Budaya yang terdapat di dunia beraneka ragam. Bermacam-macam budaya dikarenakan perbedaan peradaban daerah itu masing-masing, selain itu juga karena letak geografis daerah tersebut. Manusia mendiami wilayah yang berbeda, ada yang di wilayah Barat, Timur Tengah, dan Timur. Berada di lingkungan yang berbeda membuat kebiasaan, adat istiadat, budaya juga berbeda. Perbedaan budaya tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan  kekurangannya. Misalnya pada bangsa timur, bangsa timur dikenal sebagai bangsa yang ramah, bangsa yang mempunyai kepribadian baik, dan bangsa yang bersahabat. Banyak orang dari wilayah lain yang tertarik pada kebudayaan bangsa timur. Kepribadian bangsa timur berbeda dengan kepribadian bangsa barat, dari wilayahnya, lingkungan, gaya hidup, kebudayaan dan kebiasaannya pun berbeda. Banggalah kita sebagai bangsa timur yang dikenal baik dimata dunia.

Menjelaskan tentang kepribadian bangsa timur, sudah jelas kita semua tau bahwa bangsa timur identik dengan benua Asia. Yang penduduknya sebagian besar berambut hitam dan berkulit sawo matang, dan sebagian pula berkulit putih dan bermata sipit. Bangsa timur adalah bangsa yang dikenal sangat baik dan ramah, mempunyai sifat toleransi yang tinggi dan saling tolong menolong. Sedangkan bangsa barat saat berkunjung ke wilayah negara timur, mereka pasti selalu berpendapat bahwa orang-orang timur itu baik dan ramah. Bangsa timur dalam berpakaian pun tergolong sopan. Mereka pun sangat melestarikan budaya masing-masing dan mempunyai adat istiadat yang di junjung tinggi. 
 

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain. Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan. Dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Manusia menciptakan kebudayaan. Dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan.

Contoh :         
    1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan, misal : Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.

2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life ), missal : Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya, sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value).

3. Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial, missal : Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.

4. Kebudayaan khusus atas dasar agama, missal : Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.

5. Kebudayaan berdasarkan profesi, misal : Kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.






M