Penderitaan atau kesenangan ? Pasti semua manusia lebih memilih kesenangan dari pada penderitaan, karena penderitaan berarti kita menahan atau menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Bayangkan saja kalau semua manusia mengalami penderitaan, akibatnya dunia ini tidak ada lagi unsur keindahan. Biasanya manusia yang mengalami penderitaan, tidak hanya jiwanya saja yang rusak namun bisa lahir batin. Namun, orang yang mengalami penderitaan biasanya berbeda-beda. Ada yang penderitaan nya berat dan ada juga yang ringan. Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak berpaling dariNya. Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya manusia kurang memperhatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan. Hal itu misalnya dalam surat Al.lnsyigoq:6 (q) dinyatakan “manusia ialah mahluk yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam), menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa untuk taqwa terhadap Tuhan. Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup. Allah telah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Kita tidak boleh terus terusan menganggap penderitaan itu tidak akan pernah berakhir dalam hidup kita, kita harus tetap meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka.
Penderitaan yang biasanya dialami oleh manusia, bisa penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia, atau penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/ azab Tuhan. Ada juga yang karena suatu bencana, misalnya gempa bumi dan bencana alam lainnya yang mengakibatkan manusia mengalami suatu kesulitan masalah baik secara ekonomi dan sebagainya sehingga manusia itu sendiri mengalami gunangan jiwa, terlalu banyak memikirkan masalah yang ia hadapi sehingga akibatnya lambat laun manusia itu sendiri akan mengalami penderitaan baik lahir dan batin.
Penderitaan itu sendiri sebenarnya tidak terlalu bermasalah, karena pada hakikatnya manusia ditakdirkan oleh Yang Maha Esa untuk mendapatkan penderitaan dan kesenangan. Disetiap ada penderitaan, disitu jugalah biasanya akan ada kesenangan, akan ada hikmah dari semua masalah dan penderitaan yang kita dapatkan. Allah juga menguji hambanya dengan cara diberikan penderitaan terus menerus, tapi percayalah dibalik masalah dan penderitaan yang kita terima, justru juga akan meningkatkan kualitas takwa kita terhadap Allah. Jika manusia terus menerus diberi kesenangan, maka manusia biasanya akan lupa bertakwa kepada yang menciptakannya, dan lupa untuk bersyukur atas apa yang ia dapatkan selama hidupnya.
0 komentar