Nama : Lylyk Setyawati
NPM : 14111186
Kelas : 2KA28
PENGERTIAN
DAN KARAKTERISTIK KELOMPOK
PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK
Komunikasi kelompok adalah
komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil”
seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok
sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan
yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan
masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di
atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki
susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok
tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok
diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat
untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
KLASIFIKASI KELOMPOK DAN KARAKTERISTIK KELOMPOKNYA
Telah banyak klasifikasi kelompok
yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita
sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
- Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin
Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam
asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita.
Jalaludin
Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya,
sebagai berikut:
- Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
- Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
- Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
- Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
- Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
- Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore
Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group)
dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota
kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai
alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori,
kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan
fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk
mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam
juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya
miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan
apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan
kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi,
mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek,
peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan
satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi
kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat
dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
·
Kelompok deskriptif dan kelompok
preskriptif
John F. Cragan
dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan
peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat
proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola
komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:
a. kelompok
tugas
b. kelompok pertemuan
c. kelompok
penyadar
Kelompok tugas
bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang
kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri
mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar
lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh
kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan
identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada
tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok
preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok
dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format
kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
PENGARUH KELOMPOK PADA PERILAKU
KOMUNIKASI
- Konformitas
Konformitas adalah perubahan
perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan
kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok
mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk
mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi
ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika
anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan
mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar
kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
- Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile,
artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena
ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih
mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang
lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek
ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang
menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan
dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita
kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan
prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan
prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang
banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi
kualitas kerja individu.
- Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke
arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai
sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat
lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota
kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan
menentang lebih keras.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEEFEKTIFAN KELOMPOK
Anggota-anggota
kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan:
a. melaksanakan
tugas kelompok
b. memelihara
moral anggota-anggotanya.
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja
kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari
tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk
saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat
dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan
sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Untuk itu faktor-faktor keefektifan
kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
- ukuran kelompok.
- jaringan komunikasi.
- kohesi kelompok.
- kepemimpinan (Jalaluddin Rakhmat, 1994).
TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN KELOMPOK
Model pembentukan
suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman (1965). Teori ini
dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan
banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan.
Tahap 1 - Forming
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas.
Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad
baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.
Tahap 2 - Storming
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan
tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang
harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide
dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat
selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.
Tahap 3 - Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok.
Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat
mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi
masing-masing anggota untuk kelompok.
Tahap 4 - Performing
Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal.
Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect
dalam berkomunikasi.
Tahap 5 - Adjourning dan Transforming
Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri.
Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami
perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://fudows.blogspot.com/2011/02/arti-kekuatan-sinergi-dalam-team-work.html
http://noviraekaputri.blogspot.com/2010/10/tahap-tahap-pembentukan-kelompok.html