Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap iklim semakin tinggi
maka ketersediaan data iklim baik secara global, regional, maupun lokal
sangat diperlukan. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebagai salah
satu institusi di bawah Departemen Pertanian memiliki mandat untuk
mengembangkan database sumber daya iklim untuk kebutuhan pertanian nasional.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam proses pengembangan
database iklim ini terutama berkaitan dengan format dan struktur data yang
belum standar. Akibatnya data tersebut tidak mudah diupdate dan
diakses.
Permasalahan tersebut di atas menjadi masukan utama di dalam
penelitian Pengembangan Sistem Informasi Spasial Database Iklim Nasional.
Sistem tersebut menggabungkan data tabular (data iklim, infomasi stasiun
iklim) dan spasial (peta administrasi) dengan menggunakan teknologi
pemrograman yang dapat mendisain sistem database menurut kebutuhan pengguna
misalnya: (a) menampilkan data dan informasi iklim secara cepat berdasarkan
pilihan jenis parameter, periode waktu, dan lokasi stasiun yang diinginkan,
(b) menampilkan distribusi stasiun pengamat iklim/curah hujan, (c) mengolah
data iklim ke beberapa satuan waktu seperti data dasarian, bulanan, dan
tahunan, dan (d) menampilkan hasil olahan tersebut dalam beberapa kemasan
baik secara display di monitor komputer secara tabular ataupun histogram, printout,
dan file.
Proses penyusunan sistem database iklim nasional meliputi dua
tahapan utama yaitu: Pengembangan prototipe sistem database iklim nasional,
dan Pengembangan database iklim Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kegiatan diawali
dengan
penyiapan data (spasial, tabular)
yang diperoleh dari Puslitbangtanak maupun dari instansi terkait seperti BMG
dan Bakosurtanal.
Parameter iklim adalah parameter yang menggambarkan kondisi
iklim, seperti curah hujan, temperatur, kelembaban, kecepatan angin,
evapotranspirasi, dan radiasi matahari. Kegiatan diawali dengan inventarisasi
data seperti:
- Peta digital seluruh Indonesia lengkap dengan batas
administrasi sampai level kecamatan. Peta digital ini dalam format LL (Latitude
Longitude) dan untuk keperluan pengembangan sistem database sedang
ditransfer ke format UTM.
- Data iklim/curah hujan manual yang berasal dari instansi
terkait seperti Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Dinas Pertanian,
Kimpraswil, Badan Litbang Pertanian, dan lain sebagainya.
- Data iklim/curah hujan digital yang berasal dari stasiun
otomatis milik Puslitbangtanak terdiri atas 75 stasiun iklim dan 4
stasiun hujan.
Pengembangan sistem database dan informasi sumberdaya iklim pada
prinsipnya memadukan berbagai jenis data seperti data spasial ataupun
tabular. Semua data itu diklasifikasikan berdasarkan karakteristik objek atau
berdasarkan bentuk penyajian, yaitu: (1) file poligon/satuan lahan (batas
adminsitrasi), (2) file garis (sungai dan jalan), (3) file titik (lokasi
staisun iklim), dan (4) file gambar ( legenda dan keterangan lainnya).
Keempat jenis file tersebut merupakan layer dengan tema yang
berbeda dan dapat dioverlaykan seluruhnya atau beberapa layer saja sesuai
kebutuhan. Setiap layer memiliki informasi yang terintegrasi dengan data
tabular yang berupa angka (numeric data) seperti data iklim, nama
provinsi dan lokasi stasiun.
Selanjutnya data yang sudah diklasifikasikan diproses dan
ditampilkan dalam beberapa kemasan (display, printout, dan file
textual). Struktur data yang dihasilkan dari bagian ini menjadi dasar
dalam pengembangan analisis data iklim untuk menghasilkan informasi
sumberdaya iklim yang lebih akurat, reliability, dan cepat.
Kesalahan pada salah satu bagian akan mengakibatkan kesalahan
pada keluaran informasi yang diperlukan. Oleh karena itu sistem database ini
harus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, agar Balitklimat sebagai
satu-satunya institusi di Lingkup Badan Litbang Pertanian yang bertanggung jawab
dengan database iklim pertanian mampu memberikan informasi iklim yang bukan
saja dapat dipercaya kebenarannya tetapi juga mampu memberikan informasi
secara rutin, terbaru dan kontinu. Untuk mengetahui informasi jumlah stasiun
dibuat menu khusus seperti Gambar.
Penelitian selanjutnya akan difokuskan untuk analisis agroklimat
dan hidrologi dengan menggunakan input dari sistem database:
- Estimasi evapotranspirasi.
- Perhitungan neraca air secara spasial berbagai jenis
komoditas pertanian.
- Trend perubahan iklim antar tempat dan waktu.
Prediksi curah hujan dengan menggunakan berbagai pendekatan
seperti Kalman Filter dan Box Jenkins. Zonasi parameter iklim. Link
sumberdaya iklim dengan sumberdaya tanah ataupun informasi pertanian lainnya.
serta analisis lain yang berkaitan dengan informasi sumberdaya iklim.
Kehandalan sistem database sumberdaya iklim sangat tergantung pada aspek:
ketersediaan data iklim maupun data spasial penunjang, sumberdaya manusia,
dan perangkat lunak dan keras. Oleh karena itu disarankan pengembangan ketiga
aspek ini harus mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu dan pengetahuan.
Serta kebutuhan Balaitklimat di masa datang.
Kesimpulan
:
Pemilihan
diksi dari artikel ini sudah cukup tepat, misal :
Pengembangan sistem database dan informasi sumber daya iklim
pada prinsipnya memadukan berbagai jenis data seperti data spasial ataupun
tabular.
Dari kalimat diatas dijelaskan bahwa sebuah pengembangan sistem
database dengan prinsip perpaduan antara jenis data spasial dan tabular.
Dengan membaca sekali, pembaca dapat mengerti dengan jelas isi dari setiap
kalimat.
Selain itu penggunaan kalimat asing juga sudah benar dengan
menuliskan secara miring “Akibatnya data tersebut tidak mudah diupdate dan diakses”.
Namun
ada beberapa yang masih kurang tepat dalam penulisannya, seperti penggunaan
kata layer yang tidak ditulis miring. “Keempat
jenis file tersebut merupakan layer dengan tema yang berbeda dan dapat dioverlaykan seluruhnya atau beberapa layer saja sesuai kebutuhan”.
Dalam artikel ini terdapat banyak istilah-istilah asing yang
mungkin belum terlalu dipahami pembaca, seperti: agroklimat, evapotranspirasi
dan lain-lain.
Kelebihan
:
Isi
artikel diatas sangat penuh informasi tentang sistem informasi dibidang balai
klimat dan hidrologi. Ide cerita juga sangat baik karena mengenalkan kita
tentang balai klimat dan hidrologi. Rata-rata susunan kalimatnya cukup tepat.
Terdapat banyak istilah asing yang dapat memperkaya pemahaman tata bahasa
Indonesia bagi para pembaca.
Kekurangan
:
Belum
ada daftar pustaka tentang pembuatan artikel yang dapat dijadikan referensi
lebih lanjut.
|